Dalam mengolah air limbah tekstil,
dilakukan 3 proses, yaitu:
Proses Pre-Treatment : Proses ini
bertujuan mengkondisikan karakteristik air limbah yang akan diolah, mulai dari
: penyaringan partikel kasar, penghilangan warna (decolouring), equalisasi
(penyeimbangan debit), penyaringan halus, dan penyesuaian suhu.
Proses Primer : Dalam proses ini
dilakukan main treatment (pengolahan utama), bisa secara biologis dan diikuti
proses pengendapan (sedimentasi).
Proses Sekunder : Proses ini merupakan
tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi dalam rangka mempersiapkan air
limbah olahan memasuki badan air penerima, sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan.
Proses Pre-Treatment
a) Penyaringan partikel kasar
Tujuan dari tahap penyaringan partikel
kasae ini adalah menahan sisa benang dan kain yang memungkinkan ada dalam
aliran air limbah. Saringan kasar ini berdiameter 50-20 mm. Air limbah yang
tidak berwarna bias lanjut ke tanki berikutnya, sementara air limbah yang
berwarna spesifik harus melalui proses decolouring terlebih dahulu
b) Penghilangan warna (decolouring),
Fitriani(2012) mengatakan bahwa
“Air limbah yang berwarna akan mengalami
koagulasi dengan koagulan khusus (biasanya FeSO4 – Ferro sulphate, konsentrasi
= 600-700 ppm) untuk mengikat warna, lalu air limbah mengalami penyesuaian pH
dengan penambahan kapur (lime, konsentrasi = 150-300 ppm) akibat pencampuran
koagulan Ferro Sulphate sebelumnya. Dan kemudian air limbah masuk ke tangki
flokulasi dengan penambahan polymer (konsentrasi = 0,5-0,2 ppm) sehingga
terbentuk flok-flok yang dapat mengendap dalam tangki sedimentasi.”
c) Penyesuaian suhu
Penyesuaian suhu air limbah dari
pencelupan/pencapan mutlak dilakukan dalam Cooling Tower. Karakteristik limbah
produksi tekstil umumnya bersuhu 350-400oC, sehingga Cooling Tower dibutuhkan
untuk menurunkan suhu agar kerja bakteri (proses biologis) dapat optimal.
Proses Primer
a) Proses Biologis
Apabila digunakan proses biologis
sebagai proses primer pengolahannya, beberapa proses yang terbukti efektif
antara lain : lumpur aktif, laguna aerob, dan parit oksidasi. Hal ini
disebabkan karena sistem dalam bak aerasi ini berjalan dengan laju aliran rendah
dan penggunaan energi rendah sehingga biaya operasi dan pemeliharaanpun rendah.
Untuk memperoleh BOD, COD, DO, Jumlah Padatan Tersuspensi, Warna dan beberapa
parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang
lebih unggul yaitu dengan menggunakan Karbon Aktif, Saringan Pasir, Penukar Ion
dan Penjernihan Kimia. Parameter-parameter tersebut dijaga kestabilannya
sehingga penguraian polutan dalam limbah oleh bakteri dapat maksimal. Adapun
DO, MLSS dan Suhu yang dibutuhkan bakteri pengurai adalah 0,5-2,5 ppm,
4000-6000, dan 290-300oC.
b) Proses Sedimentasi,
Bak sedimentasi didisain sedemikian rupa
untuk memudahkan proses pengendapan partikel dalam air. Biasanya mempunyai
bentuk bundar di bagian atas dan konis/kerucut di bagian bawah. Desain ini
untuk mempermudah pengeluaran endapan lumpur di dasar bak. Sistem return sludge
cukup optimal dilakukan pada pengolahan limbah, sehingga sebagian besar sludge
akan dikembalikan ke bak aerasi. Pemantauan ketinggian endapan lumpur dari
permukaan air dan MLSS selalu dilakukan.
Proses Sekunder
Proses ini merupakan tahap lanjutan
proses biologi dan sedimentasi dalam rangka mempersiapkan air limbah olahan
memasuki badan air penerima, sesua dengan baku mutu yang ditetapkan. Beberapa
parameter yang dicek pada outlet bak sedimentasi menjadi tolok ukur boleh
tidaknya air limbah olahan ini dibuang ke badan air penerima. Beberapa kasus
memerlukan penambahan Aluminium sulphate Al2(SO4)3 konsentrasi 150-33 ppm,
Polymer konsentrasi 0,5-2,0 ppm dan Antifoam (silicon base) untuk mengurangi
padatan tersuspensi yang masih terdapat dalam air.
Pemanfaatan limbah industry tekstil
dapat berupa:
1. Industri tekstil tidak banyak
menghasilkan banyak limbah padat. Lumpur yang dihasilkan pengolahan limbah
secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil. Limbah lain yang
mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan lateks. Alternatif
pemanfaatan sisa kain adalah dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang
terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan
sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
2. Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah.
2. Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah.
Andaikan semua instalasi pengolah limbah
dapat berjalan sesuai fungsinya, air yang diolahnya dapat dibuang ke badan air
penerima sesuai baku mutunya, niscaya kelestarian badan air penerima di sekitar
wilayah industry akan terjaga sehingga daya dukung lingkungan pun terjaga.
Andinurina. 2012. Pencemaran Air Karna
Limbah Industri. Artikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar